Bismillah
Hemmm... Judul artikel ini menjadi pertanyaan yang mungkin akan terbesit saat mendengar berita kematian. Entah bagaimana kita memikirkan hal seperti ini, yang jelas seperti kumpulan kata yang darimana diriku tak mengingatnya, kalimat ini masuk ke memoryku dan bersemayam dan keluar ketika raga melakukan kegiatan apapun.

 "kehidupan ini semua adalah kemungkinan, dan kematian itu adalah sebuah kepastian"

Ya, kalimat di atas sering sekali terngiang di kepalaku. Berlarian dalam pola pikir dan membuat pertanyaan demi pertanyaan :

"Jika hidup ini tidak bersifat mutlak, apakah gunanya hidup? Lalu hidup ini sebenarnya untuk apa? makan, minum, tidur, grow-up, berinteraksi, aktivitas, bertahan hidup atau hal lain yang mungkin bisa terjadi? Hidup hanya untuk menunggu mati berarti jika memang seperti itu." - Dari pertanyaan yang muncul ada kata mungkin, emang hidup ini serba mungkin, dan mati itu pasti.

Ketika ada saat berbincang dengan ibu tersayang, menanyakan bagaimana diriku dikandungan, bagaimana diriku dilahirkan, dan bagaimana diriku tumbuh. Obrolanku dengan ibu berhenti ketika memoryku mulai bisa mengingat masa kecilku sendiri. Hanya satu rasa yang bisa jiwa ini rasakan ketika berbincang dengan ibu, satu rasa yang membuatku selalu bisa memeluk ibu ketika selesai berbincang, ketika bertemu. Susah aku menjelaskannya, tapi ibu selalu tersenyum saat diriku memeluk beliau.

Ketika jauh dari ibu, sering rindu dengan rumah dan terbesit pikiran untuk pulang melepas rindu pada ibu.

Entahlah, hiruk pikuk kehidupan kota tak seperti di kampung nan damai. Hanya segelas kopi yang sering menjadi pelipur rindu akan kampung halaman, kopi yang senantiasa disuguhkan dalam kemesraan berbincang ria dengan keluarga.

Terkadang merasa lelah dan penat sekali hidup diperantauan, macet dan polusi sangat melelahkan. Entahlah, mungkin diri ini rindu memasak bersama ibu, beberes pekarangan, atau sekedar memberi makan ayam.

Maaf ibu, putra ibu ini belum bisa membahagiakanmu. Sedih pun tiada guna buat saat ini, otak ini pun berpikir keras harus bagaimana memutar modal, inovasi dan strategi apalagi yang harus digunakan untuk survive diperantauan dan pulang membawa kebanggaan untuk ibu.

Fiuhhh, lelah memang, namun semua perjuangan ini belum selesai. Ayo raga, kamu bisa lebih dari ini. Kuatkan dirimu, bertahanlah.

Kelak ketika kematian datang, nama akan dikenang entah dalam kebaikan atau keburukan. Tak ayal diri berusaha belajar setiap hari menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ya, meskipun sering kebaikan yang kita lakukan akan selalu dibenci oleh orang yang membenci kita.

Bagiku, perjalanan hidup ini sekedar menunggu kematian sambil menanam benih-benih kebaikan sesuai asumsi diri.

Secangkir kopi pagi bersama rindu hati.