Sebuah topik umum yang seringkali dibicarakan, hidup itu untuk apa? Kemarin ada salah seorang di sosial media bertanya, “apa arti hidup bagi dirimu?”. Bagi sebagian orang, yang pernah merenungkan kehidupan mungkin berpikir bahwa hidup untuk menanti kematian. Ada pula yang membaca bahwa hidup hanyalah senda gurau dan permainan. Bahkan ada lirik lagu yang mengatakan bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara, dan manusia sekedar bermain peran. Dan masih banyak lagi opini dari para pemikir kehidupan. Tak ada yang salah dari semua itu, renungan tiap manusia dalam berpikir pasti akan mewujudkan ribuan bahkan jutaan opini tentang “arti hidup”. Menarik sekali untuk ditelaah, semua renungan dari pikiran banyak orang tadi adalah untuk mencari arti hidup. Ya, mencari untuk menemukan arti hidup.

Tak dapat dipungkiri, pikiran manusia yang begitu abstrak dan bisa dikatakan liar kebanyakan akan berhenti sejenak ketika muncul pertanyaan arti hidup dan hidup untuk apa. Jika dipikirkan secara sains, manusia adalah wujud evolusi dari binatang. Dan yang menarik, tak semua manusia yang berevolusi memiliki akal. Penulis memiliki perspektif tentang akal, akal bukan sekedar untuk bertahan hidup. Jika sekedar untuk bertahan hidup, binatang pun bertahan hidup. Lalu menjadi lucu saat manusia merasa berakal jika masih beranggapan hidup hanya untuk bertahan hidup (mempertahankan eksistensi keberadaan manusia).

Kebanyakan di dunia sains, manusia hanya sekedar menemukan sesuatu dari sebuah penelitian bukan? Kenyataannya sains hanya memodifikasi sesuatu yang telah ada, bukan mencipta dari ketiadaan. Kegunaan akal sangat penting untuk proses modifikasi hal yang ditemukan manusia. Jika kita perhatikan tentang proses dari meneliti & modifikasi, sehingga banyak hal bisa dikembangkan manusia. Kita akan menemukan sebuah siklus/pola pencarian, seperti itulah fakta sains dan pengetahuan manusia. Manusia sekedar mencari pengetahuan, ketika menemukan suatu hal, manusia berusaha menggunakan akal untuk memodifikasi hal yg ditemukan (kita biasa mengatakan : penelitian dan pengembangan) . Secara sains, manusia mencari dan menemukan. Dan modifikasi hanya sebagian kecil dari penggunaan akal yg bernama logika/logos.

Akal begitu luas, tak terbatas pada logika/logos yang biasa didengar. Apakah pembaca setuju argument tersebut? Logika/logos sekedar produk kata dari dunia barat, pengartian akal dalam budaya Indonesia sendiri bermakna nalar. Dimana nalar memiliki jangkauan lebih luas daripada logika, dan akal memiliki jangakauan lebih luas daripada nalar. Mungkin ada pembaca setuju, adapula yang tidak setuju dengan definisi antara akal, nalar dan logika. Silahkan pikirkan dan renungkan sendiri, bahkan jika perlu silahkan cari sejarah di setiap kata.

Dari akal ini manusia berpikir, mencari pengetahuan, menemukan dan memodifikasi banyak hal. Hal yang penulis maksud bukan hanya persoalan bertahan hidup (pangan, papan, sandang), namun lebih luas yaitu tentang moral, sosial, teknologi, bahkan keyakinan hidup. Meskipun moral secara sains masih dalam ranah abu-abu, kebanyakan manusia sepakat akan keberadaan moral. Dikatakan abu-abu karena manusia sekedar evolusi dari binatang, dan jika binatang tak berpakaian lalu mengapa manusia harus berpakaian (moral)?

Beberapa manusia yang memiliki akal (lebih banyak manusia yang memiliki logika), akan mencari arti hidup yang sebenarnya. Ya, mencari untuk menemukan kebenaran dari arti hidup yang sesungguhnya. Bukan sekedar mengikuti opini manusia lain, bukankah awal tadi ada begitu banyak opini tentang arti hidup? Apakah semua benar? Belum tentu. Apakah semua salah? Belum tentu. Lalu mana yang benar? Pembaca mungkin masih mencari untuk menemukan arti hidup.

Sedikit kita coba memikirkan, mengapa kita mencari kerja? Untuk menemukan pekerjaan bukan? Dan sebenarnya apa yang sedang kita cari? Uang? Mencari kerja atau mencari uang? Mencari kerja untuk mendapatkan uang? Lalu jika dapat uang untuk apa? Untuk hidup, untuk mencukupi kebutuhan? Bukankah kita sekarang hidup, lalu kebutuhan seperti apa yang kita perlukan? Mencukupi kebutuhan atau mencukupi keinginan?

Banyak hal bisa ditemukan dari banyak pertanyaan, mencari dan terus mencari hingga menemukan satu akhir yang tak bisa lagi ditanyakan dan bersifat absolut/pasti. Logika manusia hanya berisi matematis dan kemungkinan, nalar manusia berisi memori kecocokan antara satu hal dengan hal lain, sedangkan akal lebih dari itu. Akal akan berusaha mencari untuk menemukan, apapun itu.

Dan ketika akal telah sampai kepada hal pasti yang absolut, pasti manusia akan mengerti akan sesuatu.

Sebuah fakta, manusia hanya menemukan dan memodifikasi, bukan menciptakan. Sadar tak sadar manusia sekedar belajar, belajar mencari untuk menemukan. Lalu, apa saja yang sudah kita cari dan kita temukan dalam hidup kita?