Dia pemberi mata ini
Mata dengan penglihatan angka
Angka dengan penilaian hati
Hati yang jatuh pada-Nya
Dia pemberi telinga ini
Telinga dengan pendengaran rasa
Rasa penuh nikmat hati
Hati yang mudah terlena oleh-Nya
Dia pemilik jiwa ini
Jiwa dengan penglihatan dan pendengaran
Jiwa pengelana empat penjuru dunia
Jiwa perindu kasih sayang-Nya
Memang ada yang diberikan oleh Dzat Yang Maha Hidup, yang merupakan kasih sayangNya berupa ujian/rahmat untuk mendapatkan hikmah dan ketenangan hidup. Contoh : semisal roda kendaraan bocor, klo kita menggunakan akal pasti tidak ketemu bagaimana bisa roda kendaraan bocor padahal sebelumnya baik-baik saja. Dibalik itu semua kemungkinan hanya ada dua, kalau bukan ujian ya rahmat dari Tuhan, dan semua itu pasti ada hikmah. Individu hanya tinggal memilih untuk merasa beruntung atau merasa buntung. Toh akhirnya individu tetap harus melakukan penambalan roda yang bocor bukan??
Tapi efek dari merasa itu berbeda antara satu dengan lainnya :
- Jika merasa buntung/sial maka bisa dipastikan dalam hati akan merasa kesal, menggerutu dan marah, apakah ada ketenangan saat merasa kesal atau marah??
- Jika merasa itu ujian maka akan muncul kesadaran karena semua dikembalikan kepada Tuhan dan efek dari kesadaran itu akan tumbuh kesabaran dalam menyikapi ujian.
- Jika merasa beruntung maka akan muncul kesadaran dalam bentuk syukur kepada Tuhan dan efek dari itu adalah tumbuh ketenangan dalam diri individu. Kok bisa merasa beruntung?? Iya, individu akan merasa beruntung bahwa individu telah dipilih Tuhan untuk menjadi salah satu jalan, seorang tukang tambal ban mendapatkan rezekiNya.
Namun kebanyakan masalah bukan berasal dari luar diri individu, melainkan akibat dari apa yang telah dipikirkan/diasumsikan oleh diri sendiri. Contoh : semisal individu sakit maag karena individu tidak mengenal atau mengetahui kekuatan diri sendiri akhirnya telat makan, lalu efek dari telat makan itu adalah sakit maag. Lalu bagaimana individu bisa berpikir bahwa itu ujian/rahmat padahal sebenarnya itu akibat dari diri sendiri yang belum mengenal diri sendiri??
Namun kebanyakan individu lebih sering melupakan dan menganggap bahwa semua masalah adalah datang dari luar dan dianggap semua adalah ujian dariNya. Secara subjektif itu belum tentu, karena sebagai makhluk yang diberiNya akal kita bisa memilih. Kesadaran memilih ini yang mungkin individu belum terbiasa melatih dalam pikiran, yang akhirnya akan memunculkan masalah bagi diri sendiri.
Proses memilih setiap individu adalah berbeda, ada yang memilih berdasarkan logika/nalar dan ada yang berdasarkah intuisi/keyakinan. Semua pilihan yang dipilih akan menjadi sebab dari suatu akibat dan pasti berlaku selama individu berada di dunia.
Memilih menggunakan logika/nalar/akal biasa memakai rumus untung-rugi atau memilih dengan tingkat resiko kecil/besar. Logika/akal/nalar bisa memilih karena diberikan ilmu dari Sang Pemilik Ilmu. Entah ilmu lewat jalur belajar atau jalur lain diluar diri sendiri.
Memilih dengan metode intuisi/keyakinan sangat beresiko, karena hasil pilihan tidak dipikirkan, melainkan hanya diyakini. Dan yang lebih bahaya adalah memiliki keyakinan/intuisi yang keliru yang berasal dari niat di dalam kalbu. Tapi dengan metode memilih secara intuisi, individu bisa berlatih untuk mencari keberadaan dari sebuah pola. Namun itu bisa dilakukan jika individu selalu dalam kondisi sadar atas pilihan yang diambil, melihat dan mempelajari lagi apa yang telah dipilih.
Memilih secara intuisi jarang dilakukan individu jika itu berkaitan dengan hal yang terlihat. Meskipun secara tutur kata individu mengatakan yakin memilih, belum tentu pilihan itu tidak dipikirkan terlebih dahulu.
Pusing bukan membahas hal semacam ini?? Okey, kita skip saja agar tidak terlalu panjang lebar. Akhir dari semua pembahasan ini adalah semua akibat yang terjadi pada diri individu tergantung bagaimana individu memandang diri sendiri, bagaimana individu mencintai diri sendiri, bagaimana individu menghargai diri sendiri.
0 Komentar