Risau bunga malam ketika tanah rantau mengajak pujaan hati meninggalkan kebersamaan di lorong waktu. Langit gelap menemani mencari lembaran surat dari abstraksi kehidupan, harus bersedih atau bahagia ?
Ritual dijalankan memuji kelembutan dan kesopanan seorang abstrak dalam kenangan. Rona dalam hati kepada-Nya berjalan bersama dimensi hari menikmati penantian. Perkara pasti kehidupan penuh gemerlap membuat diri lupa bahwa semua nikmat tak mudah terbeli, pun makhluk ciptaan menjadi pendek dalam berfikir tatkala semua keinginan dunia tak dikabulkan seorang hamba.
Kesabaran yang menenangkan dari seorang abstrak melahirkan keyakinan bunga malam akan ujung dari pencarian hati. Kesadaran diam nan acuh dari bunga malam bertubi-tubi membuat sang abstrak semakin meredup laksana kilau senja. Sifat sabar manusia meyakinkan makhluk lain ketika adam dan hawa bercumbu dengan kasih sayang, pun memalingkan hukum sebab akibat yang ada di pelupuk mata. Frekuensi senada menghasilkan alunan relation yang nikmat itu adalah pasti.
Sapuan kertas lembut membawa tetesan perasaan semakin dalam memasuki dimensi waktu tanpa pemahaman. Pertemuan tak akan terlambat dan tak pernah mendahului, atas kehendak-Nya seorang abstrak menemukan kembali bunga malam dalam keredhaan. Malam pun menikmati bunga tidurnya penuh lukisan seorang abstrak dalam pengembaraan.
Sang bayu berlari dalam lorong waktu datang dari negeri berantah. Menampar keharuman malam dalam ketidakpastian, menguji benih cinta dan tak ingin bunga malam dipetik seorang pengembara hati. Kini bunga malam belajar kepada ruh kesabaran demi kenikmatan yang abadi, dengan segunung kebencian dalam hidup dari seorang abstrak yang kebaikannya tak akan pernah terlupa.
Sang waktu merangkak secepat kilat memimpikan kebersamaan dalam ujian akhir tanpa rasa. Mengiba kepada-Nya untuk berkah usia senja dilantunkan bersama hari, dilancarkan segala pencarian ridho-Nya dalam meraih perhiasan dunia pun kekal sampai akhirat. Ini bukan tentang kebahagiaan, keikhlasan dalam keredhaan yang menjadi tujuan. Penjual nasi pun akan membuang sisa kepada ternaknya, apakah bisa kita meminta sisa? (ha)
0 Komentar