Jika kita mau berpikir, maka hukum tertinggi yang dapat diterima oleh manusia adalah hukum sebab akibat. Segala sesuatu yang terjadi akibat merupakan dampak dari sesuatu sebab. Misalnya:
  • Benda jatuh karena gravitasi 
  • Kayu hangus karena terbakar api 
  • Manusia kaya karena rajin bekerja serta berhemat dan seterusnya. 

Urutan kejadian sebab dan akibat ini sering disebut dengan logika.

Sedangkan kemampuan akal dalam bentuk logika ini adalah terbatas, baik dari masing-masing manusia (individu), maupun manusia secara keseluruhan (kesadaran bersama pada lingkungan tertentu, atau jaman tertentu).

Akal kita perlu belajar, meneliti, dan membaca data-data untuk menambah informasi, kemudian digunakan sebagai pengetahuan baru untuk meningkatkan kemampuan akal. Dengan adanya kemampuan untuk bertambah inilah membuktikan bahwa akal manusia tidak maksimal, karena ternyata masih ada hal untuk ditambahkan. Jika sudah maksimal tentunya sudah tidak dapat bertambah lagi. Sesederhana itu.

Jika ada yang tidak dimengerti oleh akal, hal tersebut dianggap misteri, atau lebih mudah lagi dianggap sebagai tidak masuk akal, yang ketika suatu saat sudah diketahui oleh akal, menjadi hal yang wajar saja.

Seringkali akal tiap manusia juga berbeda. Hal yang dianggap tidak masuk akal dan misteri bagi sekelompok orang, namun dianggap wajar dan logis sekali oleh kelompok yang lain.

Namun di atas akal masih ada spiritual yang memiliki hukum tak terbatas, hukum yang menyatakan
"sebab adalah Sang Pencipta, dan akibat juga Sang Pencipta, yang keduanya biasanya dimunculkan berpasangan."
Sekilas mungkin sama saja dengan hukum sebab akibat, namun berbeda saat sebab dan akibat tidak muncul bersamaan, atau tidak dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh akal. Sang Pencipta berhak untuk mengganti waktu kemunculan sebab terhadap akibat, atau memunculkan sebab dalam bentuk yang tidak dimengerti oleh akal dan akibat yang juga belum tentu dipahami oleh akal.

Misalnya:
  • Saat belum ditemukannya pesawat, manusia terbang antar benua adalah hal yang tidak masuk akal. Tetapi karena berkembangnya akal, manusia terbang menjadi hal yang lumrah.
  • Nabi Ibrahim dimasukkan ke dalam api dan tidak terbakar adalah tidak masuk akal. Dan karena akal belum berkembang ke arah itu (sampai saat ini) maka kejadian tersebut tetap dianggap tidak masuk akal.
  • Manusia yang menabung menurut logika akan menjadi kaya, tetapi jika dilihat pada realita, belum tentu yang terjadi adalah demikian. 

Hal-hal tersebut akan menyisakan pertentangan logika, atau minimal berupa tanda tanya, andai kita hanya berhenti mengandalkan logika saja, yang terbukti terbatas dan masih terus berkembang. Kesalahan yang sering manusia alami adalah memaksakan diri untuk selalu menggunakan logika dalam kehidupannya. Dampak dari yang demikian adalah tersiksanya diri sendiri, karena salah sendiri berusaha menanggung semua menggunakan otaknya.

Andaikan kita mau melibatkan Sang Pencipta dalam setiap hal, sebagai tempat curhat, tempat sharing, tempat mengembalikan segala persoalan, sedangkan Dia adalah Maha Tak Terbatas, kehidupan tidak akan seberat yang kita bayangkan menggunakan logika kita sendiri. 

Logika yang mengatakan bekerja keras akan kaya adalah masuk akal menurut otak, tetapi jika dipaksakan seperti itu akan membebani diri sendiri jika sebab atau akibatnya tidak terjadi. Berapa banyak yang bekerja keras tetapi tidak kaya, dan berapa banyak yang kaya tanpa bekerja keras? Itu semua hak Yang Maha Berkehendak untuk menciptakan keduanya (sebab dan akibat) terpisah, atau dalam bentuk yang tidak dipahami oleh akal.
Jadikan bekerja sebagai kewajiban yang datang dari Sang Pencipta (bukan sebab) dan yakini bahwa hasil dari itu semua adalah pemberian dari Sang Pencipta (bukan akibat).
Demikian, semoga kita termasuk hambaNya yang tidak tertipu oleh akal sendiri. Aamiin...

Source : http://www.mahesajenar.com/2012/09/sebab_dan_akibat.html


[ Last update November 2016 ]