Din - Assalamualaikum,

Entahlah kenapa saya memulai menulis di blog ini, mungkin sekedar ingin mencoba menulis atau memang lagi gabut aja. Sedikit cerita, tahun 2016 saya dipertemukan dengan Mas Wisnu Wardhana dan Pak Ary Adji, beliau berdua ini memiliki background wartawan dan dari mereka berdua saya belajar menulis. Awalnya saya hanya suka membaca, namun karena dapat racun dari beliau berdua ini saya berani menulis.

Awal mula menulis saya bingung apa yang ingin saya tulis, otak ini penuh hal-hal teoritis dan raga ini sekedar mengalir menikmati takdir dari Tuhan. Klise dan terlihat munafik memang, dalam hati begitu ingin berdekatan dengan Tuhan namun raga seolah berjalan dalam samudera kenistaan.

Banyak sisi dalam diri yang takut akan sesuatu, trauma, dendam dan hal-hal yang begitu busuk mengendap dalam hati. Hingga Tuhan memberikan kesadaran penuh ketika menginjak usia 25 tahun 3 bulan 23 hari, sebuah titik balik dalam mengolah rasa kalbu.

Masih teringat jelas hari dimana semua memori digali dan ditata ulang, seolah membuat lemari dalam hati dan memilah berbagai memori untuk dimasukkan dalam lemari tersebut. Semua rasa menyatu dan berkecamuk, pikiran hati dan pikiran logika bertabrakan satu dengan yang lain hingga tak terasa air mata menetes begitu saja sambil bergumam bersama ribuan istighfar.

Malam itu saya diberi kekuatan oleh Tuhan untuk mendobrak pintu-pintu ketakutan, memori dipaksa mengingat semua hal entah itu sakit dan bahagia, menata ulang alur cerita yang terekam dan mencari sudut pandang yang berbeda. Sebuah sudut pandang melewati batas dengan rasa, yang mengubah pribadi saya secara keseluruhan.

Malam dimana saya dipaksa oleh abang saya untuk jujur dengan diri sendiri atas semua realita di kehidupan saya. Kang Marwan nama beliau, seseorang yang melatih saya untuk berpikir lebih jernih dengan sudut pandang rasa syukur.

Mencari akar permasalahan dari kegelisahan hati yang menciptakan keraguan ketika memilih langkah dalam menjalani hidup. Beberapa hari menyepi dalam ruang kamar untuk meditasi meminta petunjuk Tuhan, dan Maha Pemberi Petunjuk pun memberikan clue setelah banyak tetesan air mata berurai.

Clue tersebut berupa mimpi, dalam mimpi tersebut saya membuka buku kosong dan duduk bersila berhadapan dengan seseorang.

Seseorang yang ingin saya bunuh sejak lama, dimana semua kekesalan saya selalu saya tujukan kepada orang tersebut, seseorang yang dulu saya anggap menghancurkan kebahagiaan saya.

Ya, akar permasalahan diri saya sendiri adalah sebuah penyakit hati berupa rasa dendam. Dendam kesumat yang mengakar kuat dalam hati hingga menjadi busuk. Mencabut rasa dendam atau penyakit hati begitu sulit sebelum saya mengenal jalan melewati batas dengan rasa.

Sebuah rasa yang dikenal seseorang dengan sebutan IKHLAS LILLAHITA'ALA.

Setelah lebih dari 25 tahun baru mengerti apa itu ikhlas, sebuah kata yang sulit dijelaskan dalam praktek lapangan namun bisa dirasakan dan diterapkan. Ikhlas tak seperti yang diucapkan manusia lain, entahlah sangat sulit untuk dijelaskan. Hanya bisa dirasakan dan diterapkan dalam diri sendiri.

Alhamdulillah atas semua rasa yang diberikan Tuhan, Alhamdulillah atas skenario kehidupan yang diberikan Tuhan, sekarang semua hal terasa Alhamdulillah.

Bagaimanapun, Tuhan akan memberikan petunjukNya kepada manusia yang mencari petunjukNya.

Semoga pembaca juga menemukan jalan melewati batas dengan rasa, Aamiin.

Wassalamualaikum.

Bogor, 13 Februari 2020
Secangkir Kopi Pahit