Emoticon itu simple tapi kadang dianggap sepele.

Ah, menyebalkan memang jika kita punya niat disalah artikan oleh para makhluk fana. Terkadang dunia ini memiliki keunikan tersendiri dalam mengartikan segala sesuatunya. Pun kata lewat sebuah media tak cukup menunjukkan kehebatan dari sebuah rasa. Rasa dengan segudang power untuk keluar menjadi sebuah irama komunikasi tak seperti mengambil air dari sungai, memindahkan ke ember lalu menuangkan ke dalam bejana.

Hi, gimana kabarmu bego? akan sangat berbeda dengan Hi, gimana kabarmu bego? 😂 .Ya, sederhana tapi sangat berbeda arti. Sebuah komunikasi baik terjadi jika object yang saling berkomunikasi memahami apa yang dikomunikasikan, kerumitan akan terjadi jika komunikasi tak tersampaikan seperti apa yang dikehendaki. Flowchart maksud dari suatu komunikasi pun akan hancur seketika saat itu. Lalu apakah penting sebuah ekspresi itu menurut kalian? atau lebih baik kita diam dan hidup di ranah tak terlihat?

Pernah juga kadang kita menjelaskan sesuatu secara detail tapi disalah artikan menjadi sebuah kuliah komunikasi, ceramah, de-el-el. Ataupun ketika kita dalam keadaan sibug dan hanya bisa menjawab sebuah komunikasi lewat perwakilan satu huruf semisal g / y " akan berdampak pada terbentuknya rasa kurang nyaman menjalin komunikasi dari sisi lain. Arrrgghhh, terkadang hati ini mengumpat kapada diri sendiri karena kurang bisa memahami object.

Berusahalah membuat diri menjadi kuning daripada menginginkan yang lain menjadi biru. 😊

Ada satu hal yang membuat saya teringat akan sebuah ocehan seorang penikmat ilmu langit. "Gusti mu itu mengetahui apapun yang kamu rasa dan kamu pikirkan, maka dari itu tanamkan dalam hatimu bahwa kamu selalu berkomunikasi denganNya secara tak terlihat, latihlah dirimu untuk menikmati komunikasi itu lewat cara yang sudah diajarkan oleh panutanmu." Bagaimana aku bisa percaya bahwa akan ada makhluk yang bisa mengertiku jika "The Best Creator para makhluk" yang paling tahu apa rasaku dan pikirku? Lucu memang dunia maya yang terlihat ini.

Mencoba memahami konsep dasar dari sebuah sistem komunikasi, mempraktekkan dalam keseharian melewati substansi media karena keterbatasan dalam melihat suatu pandangan. Ya, penglihatan yang diberikanNya selama ini sungguh sangat nikmat tatkala rasa dari dalam bercerita mesra. Mungkin kalian akan bingung dengan semua tulisanku yang kadang absurd. But, i enjoy it!!

Entahlah, jemariku kali ini secara auto menggambar sebuah pintu lewat kata, hasil dari empat dasar kata tak kasat mata. Believe, Rules, Try, Mean. Hasil dari ke empat kata itu tidak bisa aku jelaskan, hanya bisa aku ceritakan itu adalah sebuah pintu. Just it.


Jiwa kita ini terlahir dalam raga seorang manusia, yang berarti kita harus bisa berkomunikasi layaknya manusia. Namun ternyata bentuk komunikasi antara manusia satu dengan yang lain itu berbeda bukan? bagaimana kita bisa berkomunikasi jika flowchart komunikasi kita hanya sebatas kata? Apakah kita hanya berkomunikasi dengan jenis manusia yang hanya bisa memahami kata? Padahal kita pasti bertemu dengan mereka yang lain yang baru bisa memahami wujud, gestur, bentuk, warna, dll. Menarik atau tertarik itu bagiku hanya sebuah bentuk abstrak sebuah relation feel.

Apakah jika kita belum memahami sesuatu kita akan diam, belajar, atau munafik mengerti itu? Ish, mungkin kalian merasa risih dengan kata atau goresan aksara yang melambangkan unsur negatif dari sebuah rasa. Tapi menurutku itulah sisi menarik dari sebuah jiwa ketika mau memikirkan apa yang dirasakan. Otak kita memiliki fungsi untuk berpikir 24 jam per hari selama sepekan. Jika kalian memahami otak beristirahat tatkala terlelap, maka banyak penikmat diluar sana yang akan tersenyum geleng-geleng kepala akan hal itu.

be positif feeling & positif thinking 😉

Segala sesuatu itu memiliki opsional tersendiri, universe dari multiverse memiliki sistem hebat tersendiri. Null or undefined, Not null or value menjadi sebuah pilihan kita masing-masing untuk melanjutkan flowchart yang ada di dunia maya yang terlihat ini. Ketika penikmat ilmu langit memberi clue bahwa tidak ada third party dalam sebuah kondisi kita dan Dia. Lalu seperti apa hasilnya?